Perselingkuhan Dengan Sahabat
adalah sebuah kisah seks cukup gila, seorang suami meminta temannya untuk
ngentot dengan isterinya sendiri agar isterinya bisa hamil dan punya anak.
Bagaimana kisah dewasa gila ini, selengkapnya mari kita simak kisahnya berikut
ini!
Aku punya teman (ah… ah.. ah…).
No, ini bukan lagunya duet ratu. Aku punya teman baik, kawan karibku di kantor.
Sekarang dia sudah pindah ke kantor lain yang menawarkan offering lebih bagus.
Tapi kami masih berhubungan baik karena kami berdua punya side job sebagai
fotografer pre-wedding.
Mereka seringkali ribut dan
kawanku ini suka curcol soal hal ini. Hingga suatu ketika, sehabis sesi foto
prewedding di daerah Pantai Indah Kapuk, kawanku berkata “Bro, gw udah kenal lo
berapa lama sih?” “Ya dari gw masuk PT XYZ, lo kan udah lama disana yang punya
kantor. mmmm… berapa lama ya? 5 tahun kali?” “Iya, selama ini gw udah nyaman
banget bareng sama lo, kerja sama lo, gila2an juga sama lo” Heummmm… apaan nih,
jangan2 ntar dia bilang, dia gay trus suka sama gw x____X. “Wah kenapa nih bro,
tumben2an lo aneh begini?”*
“Gini bro, gw ada satu permintaan
sama lo. Lo tau kan gw sama istri gw udah 3 tahun married tapi belom punya
anak. Gw berdua udah cek ke dokter dan kondisi gw sama istri gw sebenernya
sehat kok” “Yaaaudahalaaah” kupikir dia mau bilang apaan. “Mungkin emang belom
dikasi sama Tuhan, kali lo disuruh senang-senang dulu bro, lo berdua kan kerja,
jabatan oke, gaji juga oke, lo berdua bahkan sering jalan-jalan keluar negeri”
Memang betul bahwa karibku dan istrinya ini dari segi karir sukses luar biasa.
Sejak pindah ke kantornya yang baru, dia langsung melejit bisa menduduki posisi
Senior Manager yang sangat diandalkan oleh Dewan Direksi. Istrinya pun begitu,
selalu dengan gampangnya memuluskan deal-deal perusahaan, maklum istrinya
bekerja di bidang distribusi komponen pembangkit listrik. Kebayang dong margin
mereka gimana?
“Yaaah bukan gitu bro, gw ngerasa
hidup gw hampa aja gak ada anak, istri gw juga ngerasa begitu.” “Yah, terus
gimana bro, mungkin lo coba usaha lagi aja selama 1 tahun maybe” “gak bisa bro,
istri gw udah nyerah”. “Oookkkeeeey, trus permintaan apaan yang lo maksud?”
“Gini….” dia berhenti sejenak tidak melanjutkan kalimatnya. “Gini….”
“eaaaahhhh…. lama daaah” “Iye iyeee, gini, gw minta bantuan lo untuk bikin
istri gw hamil.” And I said WHATTT???? “Serius bro, lo jangan becanda deh,
aneh2 aja.” aku terhenyak mendengar permintaan dia. Gila aja, ini kan sama aja
aku menghianati karibku sendiri, seseorang yang sudah kuanggap kakak. “Seriusan
ini…. gw udah diskusi panjang lebar sama istri gw soal ini.”
“Gak bisa lah bro, gila aja lo,
gw bukannya gimana2, cuma men, lo sama gw kan udah temenan lama, gw udah anggap
lo kayak abang gw sendiri, mmmm…. gak ada alternatif lain apa? misalkan bayi
tabung?” “gak lah, bayi tabung kemahalan, gw udah konsul sama beberap dokter di
Indonesia sama di Singapore, biayanya gede banget, bisa dapet Honda Jazz gw,
belum lagi rasio keberhasilannya cuma 65%. Gw gak bisa ambil chance cuma
segitu” Kawanku ini seorang akuntan yang handal, semuanya diperhitungkan dari
sudut pandang matematis. Pernah kami backpackeran ke Indonesia Tengah (Bali,
Lombok, Flores, Timor) yang ada kalo backpackeran kan ngegembel, seadanya duit.
Ini dia nggak, semua tercatat rapi, tips tukang parkir, biaya kereta, biaya
ferry dll.
“Yaaa, apakek, mmm…. adopsi
gimana?” “nggak lah, kita gak tau orang tua si anak ini kayak gimana” “Yang nentuin
sikap anak itu bukan siapa ortunya, tapi lingkungan dia? gw yakin kal… ”
kawanku sudah memotong tidak mau mendengar “Gini bro, gw bukannya sembarangan
minta tolong sama lo, gw udah tau background lo, gw diam-diam research tentang
lo, keluarga lo, riwayat medis lo *jangan tanya gimana caranya*, ditambah lagi,
gw udah kenal sama lo udah lama banget, lo orangnya gak macem-macem yaaah
bandel2 dikit okelah cuma kan gak parah2 amat, lo kenal baik sama istri gw, lo
kenal sama bokap nyokap gw, adek-adek gw. Ya kalo lo mau masuk Kartu
Keluarganya bokap gw, pasti dengan senang hati mereka nerima. Intinya, gw udah
bicarain masalah ini panjang lebar, pro-kontra, konsekuensi dan segalanya sama
istri gw dan kita berdua setuju”*
“Oke, kalo boleh tau emang yang
milih gw siapa, lo apa istri lo?” “kita berdua spontan kalo nggak ada kandidat
yang lebih tepat selain lo” Wah terharu aku mendengarnya. “Gw gak bisa mikir
sekarang nih bro, lo boleh kasi gw waktu buat mutusin ini gak? ini rada aneh
dah permintaannya.”
Diam-diam setan, aku memang
mengagumi istri kawanku ini. Bisa dibayangkan lah wanita muda, mmmm gak terlalu
muda sih karena umurnya sekarang sudah 32 tahun, umurnya beda 5 tahun dengan
umurku, berpenampilan layaknya eksekutif muda, setiap kali bertemu kalau dia menjemput
kawanku ini, dia selalu menggunakan blazer kantoran yang justru menonjolkan sex
appealnya. Kulitnya tidak terlalu putih, namun bersih, rambutnya dipotong
sebahu, badannya juga gak terlalu langsing. Tingginya semampai, ideal jika
diperhatikan mungkin tingginya sedaguku. Tapi the main attractionnya adalah her
boobs. Her big melon boobs. Aku perkirakan mungkin ukurannya sudah 34D. Mungkin
juga besarnya ini ditunjang oleh body mass dia yang memang tidaklah kurus.
Bahkan dalam balutan blazer kerja resmi pun yang sangat tertutup, siluet
bongkahan gunung kembarnya seperti menyihir untuk memandangi.
Makanya setiap kali aku ngobrol
dengan istri kawanku ini, aku selalu fokus dengan ngobrol sambil melihat ke
pangkal hidungnya. Aku terlalu takut untuk eye contact, tapi juga tidak mau
mataku jelalatan ngeliatin toket gedenya. by the way, namaku Rendi, karibku ini
bernama Wein sedangkan istrinya bernama Rini.
Sudah hampir dua minggu aku
memikirkan hal ini tidak kunjung tuntas. Aku tau gimana nikmatnya menggenjot tubuh
Rini dengan sepenuh nafsu, apalagi udah dapet izin dari suaminya. Namun aku
masih merasa ada yang mengganjal. Aku tetap merasa tidak enak dengan Wein. Wein
ini baik sekali denganku, benar-benar seperti abang sendiri. Sudah tidak
terhitung berapa kali dia meminjamkanku uang untuk utang2ku, meminjamkan
mobilnya, meminjamkan peralatan kameranya. Bahkan bisa dibilang, side job
fotografer pre-wedding ini modalnya 90% dari dia sedangkan aku modal dengkul
saja.
*TINUNINUNG* BBku berbunyi tanda
pesan baru diterima. Dari Wein. “Bro, gimana nih, udah ada keputusan belom?”.
Aku belum membalas, tapi pasti di ujung sana, dia sudah tau kalau aku sudah
membaca pesannya. *TINUNINUNG* pesan baru masuk lagi. “Bro, please lah, help
me, I have never ask you for any help. Gw bukannya mau ngungkit2 apa yang udah
gw pernah bantu ke lo. Tapi please…” Mungkin kalau orang lain yang membaca
pesan itu akan terbaca bahwa Wein ini pamrih dalam memberi bantuannya. Namun
tidak bagiku, aku tau persis aku sudah berhutang banyak dari kebaikan yang
diberikan Wein. “Oke bro, gw setuju. I hope this is not one of your sick
jokes.” “GREAT!!!! gw kabarin istri gw.”
Hari itu hari Rabu, kami janjian
untuk ketemuan di Plasa Senayan (PS). Aku selalu suka PS, karena gak terlalu
crowded, jadinya untuk nongkrong pun enak. Kami janjian di food court. Aku
sudah menunggu agak lama hampir 20 menitan, cemilan french friesku pun udah
hampir habis, tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang “Hi Ren..!” salam
Rini kepadaku dia tiba dengan Wein dari arah belakang. Aku kali ini benar-benar
canggung bertemu dengan mereka, tidak seperti biasanya “Eeehh hai.. Mbak”
“Mbak? Mbaak? sejak kapan kamu manggil aku Mbak?” protes Rini kepadaku “Grogi
dia” celetuk Wein. Dan memang benar, aku lagi super grogi, tanganku seketika
berkeringat basah dan aku salting. “Ren, udalah nyantai aja.” “eeeh iya Rin”
“Rin? duh kamu rileks deh, sekali2nya kamu manggil aku Rini” Betul, aku selalu
memanggil Rini dengan panggilan teteh. Karena dia dan Wein lebih tua
daripadaku, lebih tua 5 tahun. x____X
“So…” ujarku “Iya, so….” Rini
mengulang kata-kataku dengan penuh semangat dan senyum. Aku sampai takut jangan
sampai Wein cemburu, tapi nampaknya Wein oke oke saja. Wein menimpali “Makasih
banget bro lo mau bantuin gw, ya yang kayak gw cerita, kita perlu bantuan lo
untuk…. untuk…. ya you know” “Iya, gw ngert, trus gimana prosesnya nih. Apa gw
dateng tiap hari apa, rutin. lalu ML. atau lo ada di situ ngeliatin gw sama
teteh ntar jangan2″ “wueeeh…. ogah meen yang bener aja deh lo jangan gila” kami
bertiga terbahak2. No no… gini, gw gak mau tau, arrangementnya antara lo sama
Rini aja, kalian janjian dimana, ngelakuinnya dimana, don’t tell me. I don’t
wanna know. Ntar kebayang2. Hey men, lo sobat gw cuma kalo ngebayanginnya masih
gimana…” canggung deh kita bertiga. Ini dia yang sebenarnya aku takutkan. Aku
takut melukai perasaan Wein. Namun mengingat ini permintaan Wein dan Rini
sendiri ya mungkin bisa dikesampingkan saja.
Rini kemudian menimpali. “I’ll
contact you ya. btw ini ada hubungannya sama masa subur gw, jadi harus dilakuin
di waktu yang pas.” aku mengangguk tanda setuju. Malam itu kami lanjut nonton
dan pulang ke tempat masing2. *TINUNINUNG* BBMku kemasukan message, dari Rini,
“Ren, kamu besok free gak.” “Aku sih free teh, Wein emang kemana?” “Dia lagi
keluar kota. “Oke teh, jadi aku ke apartemen aja nih” “Iya you can come”
Lusanya aku tiba di apartemen,
sengaja aku bilang Rini kalau aku akan datang lebih cepat mungkin sebelum gelap
agar tidak terlalu larut pulangnya. Aku merasakan deg-degan luar biasa. Jujur
saja meskipun aku belum menikah, aku sudah merasakan hubungan seks dengan
mantan-mantanku dulu. Namun belum pernah kurasakan hal seperti ini, deg-degan
luar biasa gak berhenti juga sejak turun mobil dari parkiran, naik ke lift
sampai ke pintu apartemennya teteh. Setelah ku pencet bel 3x masih belum ada
jawaban, lalu aku mengeluarkan BBku untuk bbmin teteh, namun disaat bersamaan
teteh membuka pintu. “Haiiiyy Reeenn, I’ve been waiting for you, come in”
Eeeeuuuuhhhh…. senyum teteh bikin hati melted. Aku harus berusaha untuk tidak
main hati untuk urusan beginian. “Iya teh, sorry telat, tadi cari bensin dulu”
“Yuk masuk”
Rini menyuruh duduk diruangan
tengah, di ruang tivi. Didepan tivi terhampar spreadsheet, mirip timing untuk
pipeline project, tapi ini beda, ada tanggal yang berulang. Ah! Aku baru sadar,
ini adalah siklus haid dan masa suburnya Rini. “Udah research ya Teh, ini kok
sampe berantakan gini” “Itu dia Ren, sebelumnya aku mau jelasin ke kamu dulu
soal ini” ujar Rini yang datang dari arah dapur membawa soft drink dan
diletakkan di meja kecil sebelah sofa tempat aku duduk. Belum sampai Rini
sampai ke sofa, aku turun ke bawah mengobrak-abrik spreadsheet yang dibuat
Rini, sok sok ngerti lah. Rini pun duduk di sofa setelah meletakkan kaleng soft
drink di meja.
Sore itu Rini sangat seksi,
dengan rambut diikat ke belakang dengan hanya menggunakan karet, memperlihatkan
lehernya yang jenjang dan tengkuknya yang seperti mengundang untuk aku jilati,
Rini memakai you-can-see warna putih yang tidak terlalu tipis, namun aku bisa
melihat tali BHnya yang berwarna hitam menyembul melingkari pundak. Rendaan bra
pun tercetak di you-can-see Rini dari depan melingkar ke belakang. Belum
apa-apa aku sudah mikir macam2. Untuk bawahannya dia menggunakan Hotpants yang
cukup pendek, celana dalamnya pun terceplak di bokongnya yang semok. Brrrr…….
Rini ini benar2 didesain Tuhan untuk menaikkan birahi pria sepertinya. Aku
tidak bisa bayangkan gimana Wein tiap hari, tiap malam disuguhi malaikat
sempurna seperti ini.
KLOP, jari Rini disentakkan di
depan wajahku “Bengongin apaan hayoooo, belom apa2an udah ngayal2″ Anjir,
ketauan aku memandangin dia. “Ngggg… nggak kok teh, kagum aja dan iri sam Wein
bisa punya istri se-perfect Teteh” ujarku menggombal. “Bisa aja deh kamu. Jadi
gini, planning aku, kita cuma ML pada waktu aku sedang subur. yang berarti 14
hari sebelum aku mens. Aku ini mensnya kan selalu tanggal 25an. Jadi ya
sebelum2 itu kita ML” Kulihat jamku, melihat bagian tanggalan, masih tanggal
29. “oooo…. kirain mulai sekarang, kan masih tanggal 29 nih teh” “Ya well, aku
mau test drive dulu” Apa2an nih maksudnya Rini. “Maksudnya gimana Teh?” “Hhh….
kamu ini lucu ya, super lugu. Kamu tau aku sengaja berdandan gini buat kamu?”
AKu semakin bingung. Rini turun ke bawah duduk diatas karpet di sebelahku. Dia
memeluk lengan kiriku dan menyandarkan kepalanya di bahuku.*
“Kamu tau gak sebenernya kenapa
kita gak bisa punya anak?” “Iya, Wein juga cerita kok, katanya kalian berdua
sehat tapi bingung juga kenapa gak bisa” “Itu sepotong aja ceritanya, kamu
tentu ingat kecelakaan yang Wein alami 2 tahun lalu” Aku kemudian flashback,
semuanya menjadi jelas sekarang. 2 tahun yang lalu, Wein terlibat kecelakaan
parah di Cipularang. Bukan… bukan tempat kecelakaannya Saipul Jamil ntar dikira
jadi cerita hantu. Saat melaju kencang disebuah turunan, mobil Wein diserempet oleh
mobil yang menyalipnya dari sebelah kiri, mobil Wein oleng dan menabrak
pembatas jalan sampai mobilnya terbalik berkali2 sebelum akhirnya berhenti
terbalik setelah menabrak kaki sebuah jembatan penyebrangan di atas tol.
Kondisi Wein luka parah, beberapa tulangnya remuk khususnya pinggul kiri ke
bawah. Tubuh bagian atas Wein sama sekali tidak rusak, namun pinggul hingga
kaki kirinya harus di operasi beberapa kali hingga perlu diterbangkan ke rumah
sakit di Singapura.
“Iya aku tau teh, apa gara-gara
itu We…” Rini mengangguk, aku terlalu takut untuk melanjutkan pertanyaanku,
takut membuat sedih Rini. “Sejak itu Wein kehilangan fungsi seksualnya. Dia
tidak bisa “bangun” lagi. Dan ejakulasi yang dia dapat hanyalah saat dia mimpi
basah. Karena kecelakaan yang dia alami, dia tidak bisa menghasilkan sperma
yang bagus. Dia tentu saja gak akan jujur ke kamu kalo aku tidak bisa hamil
karena dia. Selama ini aku berhubungan dengan Wein hanya sebatas petting saja,
atau dia memasturbasikanku dengan dildo2 yang dia beli. Aku cinta Wein, namun
aku ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Dan selain itu, wanita mana sih yang gak
ingin punya anak.” Aku terhenyak mendengarnya. “Iya Teh, aku ngerti kok”
Setelah beberapa lama, wajah *Rini menjadi ceria kembali, saking cerianya menjadi
lusty lagi. “So, Ren. Kamu mau kan muasin aku. Cuma kamu yang aku dan Wein
percaya. Aku tau Wein pasti sakit hati dengan hal ini tapi ini justru usulan
dari dia” “Iya Teh”.
Kami berpandangan beberapa lama,
kemudian aku beranikan diri mendekatkan bibirku ke bibir Rini. Rini menyambutku
dengan penuh nafsu, tangannya langsung memelukku dan badanku langsung ditindih
saat posisiku masih terduduk di atas karpet. Dengan canggung aku hanya
menempatkan kedua tanganku di pinggang Rini. Ciuman kami penuh nafsu, seperti
dua pasang kekasih yang sudah lama tidak bertemu. Kami saling berpacu
berciuman, saling berebutan bibir atas, bibir bawah, main lidah dst dst.
Perlahan tanganku dibimbing untuk meremas buah dadanya. Buah dadanya yang
sangat besar. Tangan kananku melakukannya dengan sangat baik. Good Job! tangan
kiriku melingkar meremas pantatnya yang sangat seksi. Sesekali kami bergulingan
diatas karpet.
Setelah kami berdua ciuman dengan
hotnya sampai bibir kami berdua nyut-nyutan, Rini melepaskan ciumannya. “Kamu tau,
aku selalu kagum sama kamu Ren, sejak pertama kali ketemu. Tapi ya apa mau
dikata, aku ini istri orang, tapi look here we are now.” Aku hanya bisa
tersenyum, kalo lagi sange gini biasanya otakku berhenti bekerja, jadi
mendingan diam saja daripada ngomong hal bodoh. Lalu Rini, beranjak berdiri dan
berkata “You ready to fuck me?” “Mmmmmm…. aku gak janji Teh, aku takut gak
mampu. Lagian kan aku udah anggep Teteh kayak kakak sendiri.” Rini turun
kembali dan meremas celana jeansku di bagian kontolku. “Katanya si Junior nggak
tuh” sambil tersenyum nakal. Rini berdiri kembali dan berjalan ke arah kamar
tamu. “Jangan lama-lama ya nyusulnya” sambil membuka pintu kamar tamu dan
menghilang ke dalam.
Aku setengah sadar langsung
berdiri menuju tas ranselku yang tadi kuletakkan dekat rak TV, segera bongkar
celanaku, celana jins dan celana dalamku dan berganti dengan celana boxer
longgar andalanku. Ku berjalan menuju kamar tamu dan mengetuk sebelum masuk.
Entah apa yang kupikirkan, aku masih berpikir harus bertingkah sopan kepada
Rini. Begitu aku masuk, aku menemukan Rini sudah merebah di atas kasur, kasur
yang biasanya kutiduri kalau aku menginap disini. Rini sudah menanggalkan
you-can-see dan hotpantsnya. Yang tertinggal ditubuhnya hanyalah BH yang
sepertinya kekecilan karena terlihat seperti tidak bisa menampung toket Rini
yang besar, dan G-string. Rini bertumpu dengan sikunya di punggung. “Buka dong
kaosnya…” setelah kubuka kaosku, aku menghampiri Rini dengan merebah di
sampingnya kirinya. Rini mengubah posisinya menjadi menghadapku. Jarinya yang
lentik mulai bermain-main mulai dari dadaku, turun ke bawah, masuk ke celana,
pas hampir sampai di kontolku yang sudah super tegak seperti mau meledak, Rini
tarik lagi jarinya keatas.
Rini kemudian menciumi badanku,
menjilati putingku, aku mulai merasakan nafasku menjadi tidak beraturan. Sudah
horny super bos. Sambil menciumi puting kiriku, Rini kemudian menaiki badanku,
menunggangiku layaknya joki diatas kuda, memeknya yang masih tertutup G-string
*di gesek-gesekan ke kontol tegangku yang juga masih tertutup celana. Aku
meremas kedua bongkah pantat Rini dan sesekali membimbing gerakan pinggulnya.
Rini tampaknya menikmati yang kulakukan. Cukup lama Rini menciumi putingku,
bergantian kiri dan kanan, ciumannya mulai naik ke leher dan kami pun berciuman
kembali. Ciuman kami sama panasnya seperti ciuman di sofa tadi. Sesekali Rini
melepaskan nafasnya seakan itu yang dia tahan selama ini. Tangannya menjambaki
rambutku, pinggulnya masih bergoyang. Pettingan ini kami lakukan cukup lama.
Kalau Rini memang Test Drive, aku mungkin memang harus memuaskan dirinya sampai
pol. Rini semakin blingsatan menciumiku, gerakan pinggulnya semakin menjadi,
mengalahkan bimbingan tanganku.
Aku pun merubah posisi, kami
berguling dan kini Rini berada dibawah ku, ku gesek-gesekkan kontolku ke memek
Rini. Kakinya yang jenjang melingkar menjepit pinggulku sebagai reaksi
gesekanku. Semakin kuat aku menggeseknya, semakin kuat pula jepitan. Sampai
akhirnya seperti Rini membantingku ke sisi dan kami bersebelahan dan jepitannya
makin kencang dan bergetar jambakannya juga semakin mejadi.
“AaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAaaahhhhhhh…….hhhhhhhhhhh ……..” Rini sedang orgasme.
Orgasme Rini ditutup dengan exhale nafas panjang Rini dan dilanjutkan dengan
ciuman mesra ke bibirku. Mukaku merah padam, bahagia rasanya bisa memuaskan
Rini. “Gimana Teh, barusan O ya” “Ouuuwhhh iyaaaah…. udah lama aku gak
ngerasain O kayak begitu, bahkan kontol kamu pun belom masuk.” Rini kembali
menciumi bibirku, tangannya yang lembut sambil mengelus-elus pipiku. AKu
merasakan rasa sayang dari belaiannya, atau memang beginilah perilaku seksual
Rini.
“Kamu gak mau nelanjangi aku? Aku
masih lengkap gini?” “Jangan dulu Teh, Teteh lebih seksi kalo ada yang nutupin,
mau pelan-pelan aja. Btw aku boleh sampe jam berapa ini?” “Terserah kamu
aja..mmm… sekuatnya kamu aja…” Rini kembali menciumiku. sungguh luar biasa Rini
terus-terusan menggodaku dengan body seksinya. Sambil menciumiku, Rini
menggeliat-geliat, menggesek-gesekan tubuhnya ke tubuhku. Kami berdua bertukar
panas tubuh, wajahnya yang nafsuin semakin menambah nafsuku kepadanya. Geliatan
Rini semakin menjadi, pelan dan halus namun tau bagaimana menaikkan birahiku.
Hingga menggeliat turun, sampailah kepala Rini di depan celanaku. “Buka ya”
“terserah Teteh, punya teteh kok” Rini membuka celanaku sama sekali tidak
menggunakan tangan, dengan bibirnya dia menarik celanaku turun kebawah. Sampai
didengkul celanaku dilanjutkan dipeloroti dengan tangannya. Rini kemudian
menunggangiku lagi. Otomatis posisi tubuhnya berputar. Jadi saja kami dalam
posisi 69 yang super seksi.*
Aku sudah telanjang bulat
sedangkan onderdil Rini masih lengkap. Rini menangkap kontol tegakku. Sesekali
dia menciuminya dengan lembut. “Ren, gede amat nih, aku gak yakin muat.” “Yah
teh, dicoba aja dulu, diukur pake mulut” godaku. Rini membalas dengan cubitan
pelan di pahaku. Rini perlahan menciumi sekeliling kontolku hingga basah dengan
air liurnya, kemudian sleebb… masuklah kontolku ke dalam mulut Rini yang di
pagari dengan bibir tipis nan seksi. “Mmmmmmhhhhh…… mmmmmmhhhh……mmmmmm…..” sama
sepertiku Rini sangat menikmati sepongan yang dia lakukan ke kontolku. Pinggul
Rini yang saat ini ada di atas dadaku mulai menggeliat, aku cengekeram pantat
Rini dan kuremas2. “Teh, kubuka ya” aku merujuk kepada G-string Rini.. “hhheee
*emmmm” tanda persetujuan Rini keluar dari mulut yang masih penuh dengan
kontolku. G-String Rini modelnya entah apa namanya, yang pasti hanya dengan
membuka satu simpul tali di belakang G Stringnya sudah terlepas.*
Wow… lembah surgawi Rini
benar-benar indah, putih dan tidak ada jembut yang tumbuh di sekitarnya,
ditambah wangi sekali. Aku tidak langsung menjilati, jempolku mengelus2 area
sekitaran bibir memek Rini yang masih basah dari orgasmenya yang pertama tadi.
Kemudian kuciumi saja memeknya, lama kelamaan ciumanku berubah menjadi jilatan,
tidak ada sudut memek yang luput dari jilatanku. Goyangan pinggul Rini semakin
menjadi, jilatanku juga tidak bisa kalah, aku pun semakin menjadi menjilatnya.
Rini pun mengimbanginya dengan menghisap, menjilati, menciumi kontolku dengan
liar. Bijiku pun tak luput diciumi olehnya. Saat Rini semakin turun ke bawah,
aku tau dia mau menjilati lobang sunholeku. Aku menolak. Kutarik tubuh Rini
supaya mulut Rini kembali sejajar dengan kontolku dan kuarahkan kontolku ke
mulutnya kembali “Jangan Teh, jangan ke situ, aku gak suka” “Okemmm…… mmmm….
Ren, as you wish….mmmmmhhhhmmmm” Ya men, plis deh, dia cium silitku, aku dan
dia nantinya ciuman, ya apa bedanya aku cium silit sendiri.
Aku lanjutkan menjilati memek
Rini yang semakin basah. Rini juga sudah mulai panas, tanganku dengan lihai
bergerak kepunggungnya, membuka kaitan BHnya dan melepasnya. Aku tidak bisa
melihatnya namun aku bisa merasakan, toket kencang nan kenyal menekan pinggang
depanku. Kutengok ke kananku, ternyata lemari pakaian kamar tamu ada cerminnya.
Aku bisa melihat dengan jelas posisi kami benar benar hot. Sambil meneruskan
jilatanku, aku merogoh toket Rini untuk kuremas-remas dengan kedua tanganku.
Posisinya memang sulit namun sepertinya Rini menyukainya
“Teruuuuussss…..mmmmmmhhhmmm…. teruuuss….” Rini menggumam. Setelah berapa lama,
dan setelah beberapa sedotan tiba2 paha Rini melingkar erat *memiting kepalaku
erat di antara selangkanganku, dan CRrroooooottt……… keluar cairan hangat dari
memek Rini. Ternyata dia O yang kedua kalinya, Rini gemeteran menahan
Orgasmenya kali ini sambil meremas pahaku dalam posisi membungkuk.*
“AAAaaaaahhhhhhhhh…. ya
ampuuuuuuunnnhhhh….hhhhh… kamu hebat banget aku udah dua kali…” Rini langsung
berbalik badan dan berkata “Now for the main course-nya ya. Rini jongkok diatas
pinggangku, berupaya untuk memasukkan kontolku ke dalam memeknya, namun sudah
beberapa detik sepertinya dia kesulitan, aku langsung memeluknya dan berusaha
menukar posisi, membantingnya dengan lembut ke kasur dan membuka kedua kakinya.
“Iya, main coursenya nih, siap-siap yah.” Ku perlahan mulai memasukkan kontolku
ke dalam memeknya. Memek Rini benar-benar sempit, aku tak mengerti, mungkin
karena sudah lama tidak pernah dimasuki kontol, tapi harusnya dengan dua kali O
sudah bisa dengan mudah dicoblos. Apa mungkin memeknya yang terlalu kecil dan
kontolku yang kegedean. Atau memang keduanya. “Sempit nih Teh” “Lanjutin….
lanjutin… aku gak kenapa2″ dengan satu sodokkan kuat namun perlahan, akhirnya
Kontolku bisa menembus liang vagina Rini. “AAAAAAaaaakkkkkhhhh….” jeritan keras
Rini dan cakaran di punggungku menyertai tusukanku.*
AKu perlahan mulai genjot,
rasanya luar biasa, Rini yang tadinya meringis kesakitan lama-lama terlihat
menikmati, makatanya sudah merem melek gak karuan. Nafasnya bersuara tak
beraturan dan seirama dengan sodokanku. Dalam posisi ini kami bergumul lama
sekali, beberapa kali Rini memiting pinggangku namun aku tetap sodok saja. Lalu
Rini mencoba mengganti posisi ingin di atas. Rini mendorong tindihanku dan
berbalik memindihku. Semua dilakukan tanpa kontolku terlepas dari memeknya.
Gantian sekarang Rini yang memompa kontolku. Sungguh nikmat melihat wanita
sesempurna Rini sedang menikmati bercinta denganku. Toketnya yang besar dan
kenyal menggandul gandul seiring dengan genjotannya dia. Sesekali Rini pun
melenguh dan menghela nafasnya panjang. Jika Rini sudah agak capai, Rini
memelukku, namun seringnya dia duduk diatasku memamerkan toketnya yang besar.
Tangannya membimbing tanganku agar tetap meremas buah dadanya dan memainkan
putingnya. Sesekali aku pun menjilati putingnya.*
Masih dalam keadaan pinggulnya
memompa kontolku. Aku beberapa kali berusaha merubah posisi menjadi man on top
lagi namun Rini menahan. ia masih ingin menguasai kontolku demi kepuasannya
untuk beberapa lama. Tiba2 genjotan rini semakin kencang. Kedua kaki Rini
memiting pinggulku dan tubuh Rini ambruk ke tubuhku dan Rini menyerangku dengan
ciuman ganas. Rini O ketiga kalinya. Aku semakin nafsu melihat Rini yang sudah
O, membalikkan posisi menjadi man on top, mumpung Rini sedang tidak ada tenaga
untuk melawanku. “bentar…hhhh… time outtt..hhhh” Ujar Rini menyerah. “Jangan
Teh, tanggung, ayo lagi.” Aku kembali menggenjot, tidak tanggung-tanggung aku
menggenjot dengan rpm cepat dan konstan, Rini semakin menggila dan berteriak2.
Sesekali aku mencumbu bibirnya, menjilati putingnya, menciumi lehernya, menjilati
kupingnya. Diperlakukan seperti itu genjotan Rini dari bawah semakin menjadi.*
Saat dipuncak2nya aku keluarkan
kontolku. Kutarik tubuh Rini dan kubalik badannya sampai Rini nungging di
hadapanku. Disuguhi dengan pemandangan berupa bemper yang sangat seksi, ku
langsung masukkan kontolku ke dalam memeknya dari belakang. Ku raih dua bantal
untuk menopang tubuhnya dan kumulai genjot kembali. Rasanya dengan posisi ini
aku akan cepat keluar. Kugenjot dengan cepaat cepaaat aaaaaahhhhhhhhh
“Teeeeeehhhh…. aku mau keluarrrr….” “Iyyyaaa Reeeennnnn…. keluarin ajaaaa”
genjotanku kulanjutkan, rasa semriwing disekitar kemaluanku sudah mengumpul
namun entah kenapa tidak keluar2 juga. Rini sepertinya sudah menyerah, dia
tidak bisa lagi melawanku, akhirnya dia dalam posisi tengkurap, membuang bantal
dari bawah tubuhnya dan ambruk ke kasur. Dengan posisiku menindih Rini tanganku
melingkar ke depan meraih kedua toketnya. tak luput kembali kuciumi tengkuk dan
leher belakangnya. Rini yang sudah tak berdaya masih terangsang dengan
ciuman2ku.*
Hingga akhirnya, ledakan itu
muncul “TTttttteeeeeehhhhhhh…..AAAAaaaaaaahhhhhhh…… ….” Kubuang semua cairan
spermaku. Belum pernah aku selega ini melepaskan spermaku ke dalam liang vagina
seorang wanita. Biasanya aku menggunakan kondom ataupun buang diluar. Namun
sensasi buang di dalam tanpa kondom memang lebih nikmat.
CRrrrrroooooooooooootttt…..crrrrrttttt crrrrrtttttt…. aku bisa merasakan
denyutan memek Rini menyambut datangnya sperma2ku. “Enaak ren” “Enak banget
Teh” “Bukan, bukan, tadi aku bukan nanya ke kamu, aku bilang ke kamu dientotin
kamu itu nikmat banget. Aku beruntung banget setelah sekian lama puasa langsung
dapet yang kayak kamu” Posisi kami masih dalam posisi bercinta kami sebelumnya,
aku masih menindih Rini dari belakang dengan kontol masih terhujam di dalam
namun akhirnya aku ambruk kesamping. Kuciumi pundak Rini, kubelai dengan lembut
punggungnya dan kubelai rambutnya yang tadinya sudah berantakan. Kami berdua
pun ketiduran.
Aku terbangun melihat jam sudah
di pukul 10.30 malam. Aku melihat kesampingku, Rini tidak ada. Tidak lama
kemudian pintu kamar terbuka, Rini masuk kembali dan langsung menyerangku.
Malam itu kami lagi2 bercinta hingga pagi.*
Setelah test drive yang pertama
ini kami pun rutin melakukan seks selama lebih dari 1 bulan. Seringnya saat
Wein tidak ada di rumah, atau gantian di apartemenku atau kami ke luar kota.
Sampai akhirnya berita gembira itu hadir, Rini positif hamil. Wein dan Rini dan
juga Keluarga besarnya gembira bukan main. Aku pun senang akhirnya aku menjadi
ayah dan juga bisa membahagiakan Wein. Namun biarlah Wein yang mengurus anak
ini dengan lebih baik. Aku dan Wein pun masih bersahabat hingga kini. Tapi yang
Wein tidak tahu, meskipun sudah lewat 3 tahun Rini berhasil hamil dan
melahirkan anak dariku, namun Aku dan Rini masih sering bercinta. Mungkin saja
Wein tahu dan membiarkan. Entahlah, aku tak tahu bagaimana mengakhirinya.
Bercinta dengan Teh Rini benar2 bikin ketagihan.
minyak lintah pembesar penis asli papua
ReplyDeletelintah hitam asli papua
cara membesarkan penis
minyal lintah asli papua
lintah asli papua
minyak pembesar penis
obat perangsang wanita