Terserah anda percaya atau tidak, tetapi kisah ini benar-benar terjadi. Waktu itu kalau tidak salah sekitar akhir tahun 1998 yang lalu, saat aku diharuskan melakukan medical check up di sebuah klinik kesehatan di Malang, guna memenuhi persyaratan agar diterima bekerja di sebuah perusahaan dan kebetulan aku juga diajak teman aku untuk mengikuti program asuransi jiwa karena dia adalah agen dari salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia, jika tidak salah nama perusahaannya adalah UH UH.
Sebenarnya aku malas melakukan medical check up ini. Pasti lagi-lagi cuma cek darah, air seni, dan kotoran saja. Kemudian diperiksa oleh doktor memakai stetoskop untuk menyakinkan bahwa aku terkena penyakit atau tidak. Itu saja menurut aku, tidak ada yang lain. Doktor yang akan memeriksa aku paling-paling juga doktor cowok, mana sudah tua lagi.
Dengan menarik nafas kesal, aku memandangi sekeliling aku. Tahu-tahu mata aku tertumbuk pada seorang wanita yang baru saja masuk ke dalam klinik tersebut. Amboi, cantik juga dia. Aku taksir usianya sekitar 35 tahun. Tetapi alamak, tubuhnya seperti cewek baru duapuluhan. Kencang dan padat. Payudaranya yang membusung cukup besar itu tampak semakin menonjol di balik kaos oblong ketat yang ia kenakan. Gumpalan pantatnya di balik celana jeans-nya yang juga ketat, teramat membangkitkan selera. Batinku, coba doktornya dia ya. Tidak apa-apa deh kalau harus diperiksa berjam-jam olehnya. Akan tetapi karena rasa bosan yang sudah menjadi-jadi, aku tidak memperhatikan wanita itu lagi. Aku kembali tenggelam dalam lamunan yang tak tentu arahnya.
“Mas, silakan masuk. Itu doktornya sudah datang.” Petugas di loket pendaftaran membuyarkan lamunan aku. Saat itu aku sudah hendak memutuskan untuk pulang ke rumah, mengingat waktu sudah berlalu limabelas menit. Dengan malas-malasan aku bangkit dari bangku dan berjalan masuk ke ruang periksa doktor.
“Selamat malam”, suara lembut menyapa saat aku membuka pintu ruang periksa dan masuk ke dalam. Aku menoleh ke arah suara yang amat menyejukkan hati itu. Aku terpana, ternyata doktor yang akan memeriksa aku adalah wanita cantik yang tadi sempat aku perhatikan sejenak. Seketika itu juga aku menjadi bersemangat kembali.
“Selamat malam, Dok”, sahut aku. Ia tersenyum. Aah, luluhlah hati aku karena senyumannya ini yang semakin membuatnya cantik.
“Oke, sekarang coba kamu buka kaos kamu dan berbaring di sana”, kata sang doktor sambil menunjuk ke arah tempat tidur yang ada di sudut ruang periksa tersebut.
Aku pun menurut. Setelah menanggalkan kaos oblong, aku membaringkan diri di tempat tidur. Doktor yang ternyata bernama Doktor S itu menghampiri aku dengan berkalungkan stetoskop di lehernya yang jenjang dan putih.
“Kamu pernah menderita penyakit berat? Tipus? Lever atau yang lainnya?” Tanyanya. Aku menggeleng.
“Sekarang coba kamu tarik nafas lalu hembuskan, begitu berulang-ulang ya.” Dengan stetoskopnya, Doktor S memeriksa tubuh aku. Saat stetoskopnya yang dingin itu menyentuh dada aku, seketika itu juga suatu aliran aneh menjalar di tubuh aku. Tanpa aku sadari, aku rasakan, batang kemaluan aku mulai menegang. Aku menjadi gugup, takut kalau Doktor S tahu. Tapi untuk ia tidak memperhatikan gerakan di balik celana aku. Namun setiap sentuhan stetoskopnya, apalagi setelah tangannya menekan-nekan ulu hati aku untuk memeriksa apakah bagian tersebut terasa sakit atau tidak, semakin membuat batang kemaluan aku bertambah tegak lagi, sehingga cukup menonjol di balik celana panjang aku.
“Wah, kenapa kamu ini? Kok itu kamu berdiri? Terangsang aku ya?” Mati deh! Ternyata Doktor S mengetahui apa yang terjadi di selangkangan aku. Aduh! Muka ini rasanya mau ditaruh di mana. Malu sekali!
“Nah, coba kamu lepas celana panjang dan celana dalam kamu. Aku mau periksa kamu menderita hernia atau tidak.” Nah lho! Kok jadi begini?! Tapi aku menurut saja. Aku tanggalkan seluruh celana aku, sehingga aku telanjang bulat di depan Doktor S yang bak bidadari itu.
Gila! Doktor S tertawa melihat batang kemaluan aku yang mengeras itu. Batang kemaluan aku itu memang tidak terlalu panjang dan besar, malah termasuk berukuran kecil. Tetapi jika sudah menegang seperti saat itu, menjadi cukup menonjol.
“Uh, burung kamu biar kecil tapi bisa tegang juga”, kata Doktor S serasa mengelus batang kemaluan aku dengan tangannya yang halus. Wajah aku menjadi bersemu merah dibuatnya, sementara tanpa dapat dicegah lagi, batang kemaluan aku semakin bertambah tegak tersentuh tangan Doktor S. Doktor S masih mengelus-elus dan mengusap-usap batang kemaluan aku itu dari pangkal hingga ujung, juga meremas-remas buah zakar aku.
“Mmm.. Kamu pernah bermain?” Aku menggeleng. Jangankan pernah bermain. Baru kali ini aku telanjang di depan seorang wanita! Mana cantik dan molek lagi!
“Aahh..” Aku mendesah ketika mulut Doktor S mulai mengulum batang kemaluan aku. Lalu dengan lidahnya yang kelihatannya sudah mahir digelitiknya ujung kemaluan aku itu, membuat aku menggerinjal-gerinjal. Seluruh batang kemaluan aku sudah hampir masuk ke dalam mulut Doktor S yang cantik itu. Dengan bertubi-tubi disedot-sedotnya batang kemaluan aku. Terasa geli dan nikmat sekali. Baru kali ini aku merasakan kenikmatan yang tak tertandingi seperti ini.
Doktor S segera melanjutkan permainannya. Ia memasukkan dan mengeluarkan batang kemaluan aku dari dalam mulutnya berulang-ulang. Gesekan-gesekan antara batang kemaluan aku dengan dinding mulutnya yang basah membangkitkan kenikmatan tersendiri bagi aku.
“Auuh.. Aaahh..” Akhirnya aku sudah tidak tahan lagi. Kemaluan aku menyemprotkan cairan kental berwarna putih ke dalam mulut Doktor S. Bagai kehausan, Doktor S meneguk semua cairan kental tersebut sampai habis.
“Duh, masa baru begitu saja kamu udah keluar.” Doktor S meledek aku yang baru bermain oral saja sudah mencapai klimaks.
http://terapisalatvital.blogspot.co.id/2015/12/obat-ejakulasi-oles-rekomendasi-dokter.html
“Dok.. Aku.. baru pertama kali.. melakukan ini..” jawab aku terengah-engah.
Doktor S tidak menjawab. Ia melepas jas doktornya dan menyampirkannya di gantungan baju di dekat pintu. Kemudian ia menanggalkan kaos oblong yang dikenakannya, juga celana jeans-nya. Mata aku melotot memandangi payudara montoknya yang tampaknya seperti sudah tidak sabar ingin mencelat keluar dari balik BH-nya yang halus. Mata aku serasa mau meloncat keluar sewaktu Doktor S mencopot BH-nya dan melepaskan celana dalamnya. Astaga! Baru sekarang aku pernah melihat payudara sebesar ini. Sungguh besar namun terpelihara dan kencang. Tidak ada tanda-tanda kendor atau lipatan-lipatan lemak di tubuhnya. Demikian pula pantatnya. Masih menggumpal bulat yang montok dan kenyal. Benar-benar tubuh paling sempurna yang pernah aku lihat selama hidup aku. Aku rasakan batang kemaluan aku mulai bangkit kembali menyaksikan pemandangan yang teramat indah ini.
Doktor S kembali menghampiri aku. Ia menyodorkan payudaranya yang menggantung kenyal ke wajah aku. Tanpa mau membuang waktu, aku langsung menerima pemberiannya. Mulut saja langsung menyergap payudara nan indah ini. Sambil menyedot-nyedot puting susunya yang amat tinggi itu, mengingatkan aku waktu aku menyusu pada ibu aku selagi kecil. Doktor S adalah wanita yang kedua yang pernah aku isap-isap payudaranya, tentu saja setelah ibu aku saat aku masih kecil.
“Uuuhh.. Aaah..” Doktor S mendesah-desah tatkala lidah aku menjilat-jilat ujung puting susunya yang begitu tinggi menantang. Aku permainkan puting susu yang memang amat menggiurkan ini dengan bebasnya. Sekali-sekali aku gigit puting susunya itu. Tidak cukup keras memang, namun cukup membuat Doktor S menggelinjang sambil meringis-ringis.
Tak lama kemudian, batang kemaluan aku sudah siap tempur kembali. Aku menarik tangan Doktor S agar ikut naik ke atas tempat tidur. Doktor S memahami apa maksud aku. Ia langsung naik ke atas tubuh aku yang masih berbaring tertelentang di tempat tidur. Perlahan-lahan dengan tubuh sedikit menunduk ia mengarahkan batang kemaluan aku ke liang kewanitaannya yang sekelilingnya ditumbuhi bulu-bulu lebat kehitaman. Lalu dengan cukup keras, setelah batang kemaluan aku masuk satu sentimeter ke dalam liang kewanitaannya, ia menurunkan pantatnya, membuat batang kemaluan aku hampir tertelan seluruhnya di dalam liang senggamanya. Aku melenguh keras dan menggerinjal-gerinjal cukup kencang waktu ujung batang kemaluan aku menyentuh pangkal liang kewanitaan Doktor S. Menyadari bahwa aku mulai terangsang, Doktor S menambah kualitas permainannya. Ia menggerak-gerakkan pantatnya berputar-putar ke kiri ke kanan dan naik turun ke atas ke bawah. Begitu seterusnya berulang-ulang dengan tempo yang semakin lama semakin tinggi. Membuat tubuh aku menjadi meregang merasakan nikmat yang tiada tara.
Aku merasa sudah hampir tidak tahan lagi. Batang kemaluan aku sudah nyaris menyemprotkan cairan kenikmatan lagi. Namun aku mencoba menahannya sekuat tenaga dan mencoba mengimbangi permainan Doktor S yang liar itu. Akhirnya.., “Aaahh.. Ouuhh..” Aku dan Doktor S sama-sama menjerit keras. Kami berdua mencapai klimaks hampir bersamaan. Aku menyemprotkan air mani aku di dalam liang kewanitaan Doktor S yang masih berdenyut-denyut menjepit batang kemaluan aku.
Demikianlah peristiwa yang terjadi siang itu. Dan mau tahu apa hasil medical check up yang istimewa tersebut? Aku dinyatakan sehat secara fisik dan tentu saja secara mental. Apalagi secara birahi. Tentu para pembaca semua tahu maksud aku ini. Dan akhirnya aku berhasil diterima di perusahaan besar itu yang merupakan impian aku sejak lama dan aku berhasil mendapatkan asuransi policy dari UH UH sekalian membantu teman aku mendapatkan komisinya. Akungnya, permainan aku yang menggebu-gebu tersebut dengan Doktor S merupakan pengalaman aku yang pertama sekaligus yang terakhir. Ia sepertinya menghindar apabila aku sengaja datang ke tempat praktek doktornya. Dengan alasan sibuk atau sejuta alasan lainnya, Doktor S selalu menolak menemui aku. Aku tidak tahu mengapa ia bersikap seperti itu. Ah, biar saja!
No comments:
Post a Comment